Mengenal Seni Karawitan
00.14
Dj_0edjoex
No comments
Asal Muasal Gamelan dan Karawitan
Perangkat musik gamelan
lengkap yang kita ketahui sekarang pada mulanya hanya diawali dengan
satu alat bunyi saja yaitu Gong. Kemudian pada perkembangannya, ada
penambahan sejenis gong kecil yang disebut kempul namun jumlahnya
masih terbatas lalu seiring dengan kebutuhan musikalitas dari jaman ke
jaman yang berkembang, barulah ada penambahan alat-alat lainnya. Seni mengolah bunyi benda atau alat bunyi-bunyian (instrumen) tradisional gamelan disebut Seni Karawitan.
Asal kata Karawitan itu sendiri berasal dari bahasa sansekerta, yakni rawit, yang mempunyai arti keharmonisan, elegan dan kehalusan. Namun menurut pendapat yang lain, karawitan berasal dari kata pangrawit yang berarti orang atau subjek yang memiliki perasaan harmonis dan halus. Adapula yang berpendapat bahwa karawitan itu berasal dari kata ngerawit
yang dalam bahasa Jawa artinya sangat rumit. Jadi memainkan karawitan
itu tidak hanya sekedar menghasilkan bunyi-bunyian tapi memang harus
memaknainya secara mendalam melalui gendhing (lagu-lagu) yang
dibawakan dalam seni karawitan karena gendhing-gendhing tersebut
berpengaruh pada sikap kehidupan manusia, misalnya ada nama gendhing yang merujuk pada keselamatan dan permintaan. Semua gendhing yg diciptakan itu juga berkaitan dengan segala kehidupan yang ada di dunia ini.
Secara mudah dipahami, Karawitan adalah bentuk orkestra dari perangkat musik gamelan.
Pembagian Tugas di dalam Seni Karawitan
Di dalam seni karawitan, pembagian dilakukan atas dasar cara pandang yg dikategorikan menjadi instrumen depan (ricikan ngajeng) dan instrumen belakang (ricikan wingking).
Instrumen depan tidak berarti hanya berada pada posisi depan saja,
namun memiliki keunggulan-keunggulan intelektual, karisma, kerumitan dan
kemampuan sehingga biasanya instrumen yang terletak di depan itu
dimainkan oleh mereka yang tingkat kemampuan dan kompetensinya tinggi,
menguasai kerumitan garap (penguasaan alat) sehingga mereka berhak dan
layak memainkan instrumen-instrumen di depan. Instrumen depan itu
diantaranya gender, rebab, gambang dan bonang. Sedangkan
instrumen belakang dalam pengertian kemampuan masih sedehana dan belum
bisa menyamai kerumitan permainan instrumen depan.
Walaupun
demikian, pemain yang mendapatkan peran berada pada posisi instrument
belakang tidak berarti ia kurang pandai karena di dalam seni karawitan,
semua pemain harus mampu memainkan alat gamelan yang berada di depan
maupun belakang. Perbedaan kemampuan terletak pada tabuhannya, pemain
pemula biasanya masih menggunakan tabuh satu sedangkan pemain yang sudah
mahir sudah bisa memainkan alat dengan tabuh dua.
Jika
anggota pemain seni karawitan terdiri dari anggota masyarakat yang
memiliki strata sosial berbeda, bukan berarti yang berhak memainkan
instrumen depan adalah mereka yang memiliki strata sosial lebih tinggi
karena semua ditentukan berdasarkan kemahiran memainkan alat musik
gamelan itu. Siapapun yang berada pada posisi instrumen depan harus
dipatuhi oleh instrumen belakang.
Karawitan dan Konsep Kebersamaan
Dalam
seni karawitan tercipta kondisi kegotongroyongan, saling menunggu,
saling menghargai antara instrumen satu dengan yang lainnya. Seperti
contohnya, jika Gong yang dipukul agak terlambat dari ketukannya, maka
pemain yang memegang instrumen lainnya akan tetap menunggu sehingga
pengrawit yang bertanggung jawab atas instrumen Gong memiliki tanggung
jawab yang besar untuk tidak melakukan kesalahan supaya tidak membuat
pengrawit yang lain menunggu.
Manajemen
kebersamaan dalam seni karawitan itu terjadi secara otomatis karena
adanya pembagian peran sesuai dengan instrument depan dan belakang
seperti yang dijelaskan diatas. Garap satu dengan yang lain
dilakukan pula harus secara bersamaan, tidak bisa mandiri atau berdiri
sendiri kecuali ketika memang disengajakan adanya ilutrasi tunggal
seperti menyuling tetapi konsep musikalitasnya tetap harus bersama-sama
supaya dapat menghasilkan suara ‘stereo’ yang indah antara instrumen
satu dengan lainnya.
Di
dalam seni karawitan itu juga ada pembagian-pembagian wilayah kerja
yakni dari yang memimpin lagu, yg memimpin irama ada, kemudian ada yang
menjadi pelaksana irama, semuanya secara otomatis bekerja dengan
kerjasama yang baik. Karakteristik para pengrawit itu sendiri biasanya
agak berbeda dengan karakteristik pemain teater atau penari karena bagi
pengrawit yg sudah menep (memiliki pengendapan rasa), mereka biasanya tidak bisa hidup sendiri (tidak bersikap individual).
Karawitan dan Latihan Kepemimpinan
Pemimpin
bunyi di dalam seni karawitan dipegang oleh seorang pengendang.
Sebagai seorang pemimpin bunyi, ia harus menyadari perannya sebagai
pemimpin yaitu memahami pemegang bunyi yang lain, tidak diktator dalam
artian tidak bisa seenaknya membuat tempo cepat atau lambat sesuai
kehendaknya seperti posisi konduktor dalam orkestra. Demikian pula
untuk pemangku lagu atau pendukung irama seperti saron, demung
dan instrument-instrumen lain yang sifatnya mendukung maksud dari
pimpinan bunyi itu juga harus bisa menyesuaikan dengan instruksi dari
yang disampaikan oleh pengendang dan tidak bisa seenaknya berdiri
sendiri. Dengan demikian seni karawitan dapat melatih seorang untuk
tidak sombong, melatih kesabaran, dan menumbuhkan sikap kearifan bahwa
setiap peran sekecil apapun dalam karawitan membutuhkan kerjasama
tiap-tiap pengrawit untuk mengimplementasikan perannya dengan baik
supaya suara yang dihasilkan dapat berbunyi dengan rapih. Uniknya dalam
seni karawitan, tidak ada konduktornya yang memimpin sehingga
keharmonisan dilandaskan pada kesadaran tiap pemain akan peran
masing-masing sehingga tiap pengrawit melatih memimpin diri sendiri,
memimpin orang lain (pengendang) dan dipimpin (pendukung irama).
sumber: http://www.terrajawa.net/kepribadian_detail.php?artikel_id=46
0 komentar:
Posting Komentar