Kamis, 12 Desember 2013
ASAL USUL MUSIK CALUNG
Asal usul Musik Calung Banyumas
Musik bongkel yang selama ini disebut-sebut sebagai cikal-bakal Angklung
dan Calung Banyumas. Anggapan ini cukup beralasan, sebab antara keduanya sebagian besar mengacu pada bongkel. Hal ini terlihat jelas pada bentuk fisik instrumen, bahan baku, proses pembuatan, sistem pelarasan, struktur komposisi, dan teknik permainan dari
beberapa instrumen.
Bongkel adalah salah satu bentuk musik rakyat yang terdapat di desa
Gerduren, Banyumas (Jawa Tengah). Musik ini didukung oleh sebuah instrumen perkusi sejenis Angklung Bambu berlaras slendro.
Dalam satu bingkai terdapat empat tabung nada berbeda. Cara memainkannya dengan cara digoyang dan digetarkan menggunakan kedua tangan, serta diikuti tutupan
jari-jari tertentu untuk menentukan nada. Karakteristik permainan bongkel
terletak pada jalinan ritmis antara keempat tabung nada. Dalam perkembangannya bentuk jalinan-jalinan ini mengilhami lahirnya alat musik tradisional yang sejenis yaitu Angklung, Krumpyung dan Calung.
Bongkel pada awalnya berfungsi sebagai musik hiburan petani ketika berada
di ladang. Namun, dalam perkembangannya kini fungsi musik tersebut bergeser menjadi musik jalanan (ngamen) dan musik ronda (jaga malam). Secara musikal, bongkel memiliki teknik permainan tinggi, unik, khas, dan tidak ada duanya baik di Banyumas, maupun di daerah Indonesia.
Berdasarkan analisis fisik, musikalitas, dan fungsi dapat diketahui bahwa bongkel termasuk musik bambu tertua di Banyumas. Setelah melalui proses perjalanan panjang, genre musik ini diduga mendapat pengaruh gamelan kemagan dan ringgeng yakni perangkat gamelan kecil yang biasa digunakan untuk mengiringi Lengger dan Ebeg.
Dari bongkel berkembanglah menjadi Buncis, kemudian dari buncis berkembang menjadi Krumpyung, dan dari krumpyung menjadi Calung.
Calung merupakan musik tradisional dengan perangkat mirip gamelan yang terbuat dari bambu wulung. Musik calung hidup di komunitas masyarakat pedesaan di wilayah sebaran budaya Banyumas. Menurut masyarakat setempat, kata “calung” merupakan jarwo dhosok (dua kata yang digabung menjadi kata bentukan baru) yang berarti carang pring wulung (pucuk bambu wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring). Spesifikasi musik calung adalah bentuk musik minimal, yaitu dengan perangkat yang sederhana (minimal) namun mampu menghasilkan aransemen musikal yang lengkap.
Perangkat musik calung terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendhang. Perangkat musik ini berlaras slendro dengan nada-nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) dan 6 (nem). Hingga sekarang calung masih berkembang di hampir seluruh wilayah budaya Banyumas.
SUMBER PUSTAKA
http://panginyongan.blogspot.com/2008/12/seri-kesenian-lokal-banyumas-calung.html
http://punklung.wordpress.com/
http://groups.yahoo.com/group/banyumas/message/55264
http://www.google.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar