GAMELAN
Gamelan
terdiri dari 2 pangkon (jenis) yakni Slendro dan Pelog yang mempunyai titi nada
yang berbeda. Slendro pada dasarnya adalah nada mendekati minor sedangkan Pelog
menghasilkan nada yang cenderung mendekati nada diatonis. Berikut ini Seperangkat
gamelan Jawa yang umumnya dibunyikan di Jawa Tengah umumnya, diantaranya :
1.Kendang
Kendang merupakan alat musik ritmis
(tak bernada) yang berfungsi mengatur irama dan termasuk dalam kelompok
“membranofon” yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput kulit
atau bahan lainnya.
Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah
lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri
pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan
berbeda nuansanya.
Menurut bukti sejarah, kelompok membranofon telah populer di Jawa sejak
pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha (padaha), murawa atau
muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendang. Istilah
‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun
821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada kitab Nagarakrtagama
gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus
digunakan sampai dengan jaman Majapahit.
Penyebutan kendang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam
bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran
kecil, yang pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewa , kendang ini
disebut “damaru“.

Demung
Alat ini
berukuran besar dan beroktaf tengah. Demung memainkan balungan gendhing dalam
wilayahnya yang terbatas. Lazimnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau
dua demung. Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
Saron
Alat ini
berukuran sedang dan beroktaf tinggi. Seperti demung, Saron memainkan
balungan dalam wilayahnya yang terbatas. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua
saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan
mempunyai dua Saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dari dua saron.
Peking
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling
tinggi. Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau
rangkap empat lagu balungan.
Slenthem
Menurut konstruksinya, slenthem
termasuk keluarga gender; malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung.
Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron;
Ia beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron (balungan). Seperti
demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang
terbatas.
Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran
lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas
tabung-tabung dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada
saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Seperti halnya pada instrumen lain
dalam satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi
pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya memiliki rentang nada C hingga B,
sedangkan slenthem slendro memiliki rentang nada C, D, E, G, A, C’. Cara
memainkan :
Cara menabuh slenthem sama seperti menabuh balungan, ricik, ataupun saron.
Tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan tangan kiri melakukan “patet”, yaitu menahan
getaran yang terjadi pada lembaran logam. Dalam menabuh slenthem lebih
dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh untuk menghasilkan gema ataupun
bentuk dengungan yang baik. Pada notasi C, D, E, G misalnya, gema yang
dihasilkan saat menabuh nada C harus hilang tepat saat nada D ditabuh, dan
begitu seterusnya.
Untuk tempo penabuhan, cara yang digunakan sama seperti halnya bila menggunakan
balungan, ricik, dan saron. Namun untuk keadaan tertentu misalnya demung imbal,
maka slenthem dimainkan untuk mengisi kekosongan antara nada balungan yang
ditabuh lambat dengan menabuh dua kali lipat ketukan balungan. Atau bisa juga
pada kondisi slenthem harus menabuh setengah kali ada balungan karena balungan
sedang ditabuh cepat, misalnya ketika gendhing Gangsaran.

Bonang
Alat
musik ini terdiri dari satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil
berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali
yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada sisi
deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap
tangan.
Ada tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut
ukuran, wilayah oktaf, dan fungsinya dalam ansambel. Untuk gamelan Jawa, bonang
disini ada 2 jenis yakni Bonang Barung dan Bonang Penerus/ Penembung
Dalam gamelan Jawa
Tengah ada dua jenis bonang yang digunakan:
a.BonangPanerus
adalah yang tertinggi
dari mereka, dan menggunakan ketel terkecil. Pada umumnya mencakup dua oktaf
(kadang-kadang lebih dalam slendro di Solo instrumen-gaya), seluas sekitar
kisaran yang sama dengan saron dan peking gabungan. Ia memainkan irama tercepat
bonang itu, saling layu dengan atau bermain di dua kali kecepatan dari bonang
barung.
b.BonangBarung
yang bernada satu
oktaf di bawah bonang panerus, dan juga secara umum mencakup dua oktaf,
kira-kira kelas yang sama dengan demung dan saron gabungan. Ini adalah salah
satu instrumen yang paling penting dalam ansambel tersebut, karena banyak
memberikan isyarat untuk pemain lain dalam gamelan.
Kenong
Kenong
merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk, dibandingkan dengan
kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun
pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali, sehingga pada saat
dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun dapat bergoyang ke atas
bawah, sehingga menghasilkan suara. Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara
yang rendah namun nyaring dengan timber yang khas (dalam telinga masyarakat
Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan kenong). Dalam gamelan,
suara kenong mengisi sela-sela antara kempul.
Gamelan ini merupakan instrumen kedua yang
paling penting setelah gong. Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat
kalimat kalimat kenong, atau kenongan.
Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur
gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing;ia bisa
memainkan nada yang sama dengan nada balungan;dan boleh juga mendahului nada
balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing; atau ia dapat memainkan
nada berjarak satu kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa pathet.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan,
srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing
tersebut.

Kethuk
Dua instrumen jenis gong sebesar kenong, berposisi horisontal
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu yang berfungsi
memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat kalimat yang pendek.
Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan,
dan ayak ayakan, kethuk ditabuh di antara ketukan ketukan balungan,
menghasilkan pola-pola jalin-menjalin yang cepat.
Kempul
Kempul merupakan salah satu perangkat gamelan yang ditabuh, biasanya
digantung menjadi satu perangkat dengan Gong (mirip dengan Gong tapi lebih
kecil) dengan jumlah tergantung dengan jenis pagelarannya, sehingga tidak
pasti. Kempul menghasilkan suara yang lebih tinggi daripada Gong, sedangkan
yang lebih kecil akan menghasilkan suara yang lebih tinggi lagi.
Dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul
bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; kadang-kadang kempul
mendahului nada balungan berikutnya; kadang-kadang ia memainkan nada yang
membentuk interval kempyung dengan nada balungan, untuk menegaskan rasa pathet.
Gong
Sebuah kata benda
yang merujuk bunyi asal benda, kata gong khususnya menunjuk pada gong yang
digantung berposisi vertikal, berukuran besar atau sedang, ditabuh di
tengah-tengah bundarannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain.
Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan
memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu
gendhing yang panjang.